PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
1.
Jelaskan
pengertian psikologi lintas budaya !
Jawab :
· Psikologi lintas budaya adalah kajian
mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis; dalam
berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan diantara ubahan
psikologi dan sosio-budaya; ekologis dan ubahan biologis; serta mengenai
perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
· Menurut Segall, Dasen dan Poortinga,
psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan
penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
· Menurut Triandis, Malpass, dan Davidson
(1972), psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yang
bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang
ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori
psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi
universal.
· Menurut Brislin, Lonner, dan Thorndike
(1973), psikologi lintas budaya adalah kajian empirik mengenai anggota berbagai
kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke
arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan.
· Menurut Triandis (1980), psikologi lintas
budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman
sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi
budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.
· Menurut Berry (1992), psikologi lintas
budaya adalah studi tentang persamaan dan perbedaan fungsi psikologis individu
dalam berbagai budaya dan kelompok etnis, serta hubungan antara variabel
psikologi dan budaya sosial. Ekologi, variabel biologi, serta perubahan
variabel-variabel tertentu.
· Menurut Matsumoto, (2004), psikologi
lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan
prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di
semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang
tertentu di budaya-budaya tertentu)
2.
Jelaskan
tujuan mempelajari psikologi lintas budaya !
Jawab :
Tujuan
mempelajari psikologi lintas budaya adalah:
· Untuk melihat manusia dan perilakunya
dengan kebudayaan yang sangat beragam dengan kebudayaan disekitar kita.
· Untuk melihat kedua perilaku universal dan
perilaku yang unik untuk mengidentifikasi cara dimana budaya mempunyai dampak
pada perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial, dll.
3.
Jelaskan
hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu lain !
Jawab :
· Antropologi dengan psikologi lintas budaya
Psikologi lintas-budaya dan antropologi sering tumpang tindih,
baik disiplin cenderung memfokuskan pada aspek yang berbeda dari suatu budaya.
Sebagai contoh, banyak masalah yang menarik bagi psikolog yang tidak ditangani
oleh antropolog, yang memiliki masalah mereka sendiri secara tradisional,
termasuk topik-topik seperti kekerabatan, distribusi tanah, dan ritual. Ketika
antropolog melakukan berkonsentrasi pada bidang psikologi, mereka fokus pada
kegiatan dimana data dapat dikumpulkan melalui pengamatan langsung, seperti
usia anak-anak di sapih atau praktek pengasuhan anak. Namun, tidak ada tubuh
yang signifikan data antropologi pada banyak pertanyaan yang lebih abstrak sering
ditangani oleh psikolog, seperti konsepsi budaya intelijen.
· Ilmu sosial dengan psikologi lintas budaya
Kebijaksanaan diterima masyarakat berbasis pertanian tradisional
memiliki budaya kolektifitas modern. Contoh: masyarakat informasi.
· Psikologi klinis dengan psikologi lintas
budaya
Psikologi klinis telah menerapkan prinsip – prinsip psikologi
lintas budaya. Contoh: dalam hal psikoterapi dan konseling.
· Sosiologi dengan psikologi lintas budaya
Adanya kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Contoh:
kebudayaan hindu budha adanya kontak dagang antara indonesia dengan india maka
mengakibatkan adanya kontak budaya yang menghasilkan bentuk-bentuk akulturasi
kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kebudayaan sendiri.
· Kepribadian dengan Psikologi Lintas Budaya
Kepribadian
merupakan konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia.
Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir dan
perilaku manusia, serta bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu
yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai
konstuk sosial. Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi yang
terdiri atas faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Hal pertama
yang menjadi perhatian dalam studi lintas budaya dan kepribadian adalah
perbedaan diantara keberagaman budaya dalam memberi definisi kepribadian. Dalam
literature-literatur Amerika umumnya kepribadian dipertimbangkan sebagai
perilaku, kognitif dan predisposisi yang relatif abadi. Definisi lain
menyatakan bahwa kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran,
perasaan dan perilaku yang berbeda antara individu dan cenderung konsisten
dalam setiap waktu dan kondisi. Ada dua aspek dalam definisi ini, yaitu
kekhususan (distinctiveness) dan stablilitas serta konsistensi (stability and
consistency). Semua definisi di atas menggambarkan bahwa kepribadian didasarkan
pada stabilitas dan konsistensi di setiap konteks, situasi dan interaksi.
Definisi tersebut diyakini dalam tradisi panjang oleh para psikolog Amerika dan
Eropa yang sudah barang tentu mempengaruhi kerja ataupun penelitian mereka.
Semua teori mulai dari psikoanalisa Freud, behavioral approach Skinner, hingga humanistic
Maslow-Rogers meyakini bahwa kepribadian berlaku konsistan dan konsep-konsep
mereka berlaku universal. Dalam budaya timur, asumsi stabilitas kepribadian
sangatlah sulit diterima. Budaya timur melihat bahwa kepribadian adalah
kontekstual (contextualization). Kepribadian bersifat lentur yang menyesuaikan
dengan budaya dimana individu berada. Kepribadian cenderung berubah,
menyesuaikan dengan konteks dan situasi.
4. Jelaskan etnosentrisme dalam psikologi
lintas budaya !
Jawab :
Menurut
Matsumoto (1996), etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya
melalui sudut pandang budaya sendiri. Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu
sama lain saling berlawanan, yaitu:
· Etnosentrisme fleksibel, seserorang yang
memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakan etnosentrisme dan
persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan
pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain
berdasarkan latar belakang budayanya.
· Etnosentrisme infleksibel, dicirikan
dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya
bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu
memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
5.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antara budaya dalam hal transmisi budaya melalui
enkulturasi dan sosialisasi !
Jawab :
· Sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses pembelajaran terhadap norma-norma yang berlaku sehingga dapat
berperan dan diakui oleh kelompok masyarakat. Proses sosialisasi bersangkutan
denganproses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam
proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar
pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu disekelilingnya
yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan
sehari-hari.
· Enkulturasi
Enkulturasi
adalah proses pengenalan norma yang berlaku dimasyarakat. Dalam proses ini
seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahasa indonesia juga berarti
“pemubudayaan”. Seorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan
membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang
memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam
kepribadiannya.
M.J.Herskovits berpendapat bahwa perbedaan antara enkulturasi
dengan sosialisasi adalah:
· Enkulturasi adalah suatu proses bagi
seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan
masyarakat.
· Sosialisasi adalah suatu proses bagi
seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam
keluarganya.
Secara singkat, perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi
adalah pada enkulturasi seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam
pikirannya dengan lingkungan kebudayaannya, sedangkan pada sosialisasi si
individu melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial.
6.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya mengenai perkembangan moral !
Jawab :
Teori Piaget
Dalam bukunya
The moral judgement of the Child (1923) Piaget menyatakan bahwa kesadaran moral
anak mengalami perkembangan dari satu tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang
melatar belakangi pengamatan Piaget adalah bagaimana pikiran manusia menjadi
semakin hormat pada peraturan. Pertama kesadaran akan peraturan (sejauh mana
peraturan dianggap sebagai pembatasan) dan kedua, pelaksanaan dari peraturan
itu. Dan melalui perkembangan umur maka orientasi perkembangan itupun
berkembang dari sikap heteronom ( bahwasannya peraturan itu berasal dari diri
orang lain) menjadi otonom 9 dari dalam diri sendiri. Pada tahap heteronom
anak-anak menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan dan berasal dari bukan
dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi, dihormati, diikuti dan ditaati
oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak beranggapan bahwa perauran-peraturan
merupakan hasil kesepakatan bersama antara para pemain.
Pada usia 11 sampai 12 tahun kemampuan anak untuk berfikir abstrak
mulai berkembang. Pada umur umur itu, kodifikasi ( penentuan) peraturan sudah
dianggap perlu. Kadang-kadang mereka lebih asyik tertarik pada soal-soal
peraturan daripada menjalankan permainannya sendiri.
Kohlberg
kemudian mampu mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang
kemudian dibagi dalam tiga taraf.
1.
Taraf
Pra-Konvensional
2.
Conventional
Level ( taraf Konvensional)
3.
Tahap
interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl” orientation.
4.
Tahap
law and order, orientation
5.
Postoonventional
Level ( taraf sesudah konvensional)
6.
Social
contract orientation
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada
remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada
di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola
pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari
sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini
diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan
sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.pada masa
remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi
itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu
kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang
remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah
masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja
untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau
pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik
tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik sangat besar dalam memberikan
alternatif jawaban dari hal hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya
7.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal konformitas, compliance,
obedience !
Jawab :
· Konformitas adalah proses dimana seseorang
mengubah perilakunya untuk menyesuaikan dengan aturan kelompok.
· Compliance adalah konformitas yang
dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, walaupun hatinya tidak
setuju.
· Kepatuhan atau obedience merupakan salah
satu bentuk ketundukan yang muncul ketika orang mengikuti suatu perintah
langsung, biasanya dari seseorang dengan suatu posisi otoritas.
Untuk membandingkan bagaimana conformity, compliance, dan
obedience secara lintas budaya, maka telaah itu harus memusatkan perhatian pada
nilai konformitas dan kepatuhan itu sebagai konstruk sosial yang berakar pada
budaya. Dalam budaya kolektif, konformitas dan kepatuhan tidak hanya dipandang
“baik” tetapi sangat diperlukan untuk dapat berfungsi secara baik dalam
kelompoknya, dan untuk dapat berhasil menjalin hubungan interpersonal bahkan
untuk dapat menikmati status yang lebih tinggi dan mendapat penilaian atau
kesan positif.
8.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal nilai-nilai !
Jawab :
Telaah lintas
budaya mengenai nilai-nilai baik kemasyarakatan maupun perseorangan tergolong
baru, nilai merupakan gambaran yang dipegang oleh perseorangan atau secara
kolektif oleh anggota kelompok, yang mana dapat diinginkan dan mempengaruhi
baik pemaknaan dan tujuan tindakan diantara pilihan-pilihan yang ada.
Dalam Psikologi Lintas Budaya nilai dimasukkan sebagai salah satu
aspek dari budaya atau masyarakat. Nilai muncul menjadi ciri khas yang
cenderung menetap pada seseorang dan masyarakat dan karenanya penerimaan nilai
berpengaruh pada sifat kerpibadian dan karakter budaya.
9.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal perilaku gender !
Jawab :
Gender
merupakan kajian tentang tingkah laku dan hubungan sosial antara laki-laki dan
perempuan. Gender berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan
yang bersifat biologis. Perbedaan pola sosialisasi ini juga berkaitan dengan
beberapa faktor budaya dan faktor ekologi.
Gender merupakan hasil konstruksi yang berkembang selama masa
anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya
perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda
antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya
mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda
antara pria dan wanita. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan
gender tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan
saling berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri.
Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang
berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita
sendiri.
Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan memberikan hasil
yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan
wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian
budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan
tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.
10.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal sosial masyarakat !
Jawab :
Masyarakat didefinisikan oleh Ralph Linton sebagai "setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas". Sejalan
dengan definsi dari Ralph Linton, Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat
sebagai “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan” (Soerjono
Soekanto, 1986). Mengacu kepada dua definisi tentang masyarakat seperti
dikemukakan di atas, dapat di identifikasi empat unsur yang mesti terdapat di
dalam masyarakat, yaitu:
· Manusia (individu-individu) yang hidup
bersama,
· Mereka melakukan interaksi sosial dalam
waktu yang cukup lama.
· Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu
kesatuan.
· Mereka merupakan suatu sistem hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan,
Terdapat hubungan dan saling mempengaruhi antara individu,
masyarakat dan kebudayaannya. Individu, masayarakat dan kebudayaannya tak dapat
dipisahkan. Hal ini sebagaimana anda maklumi bahwa setiap individu hidup
bermasyarakat dan berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari
individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya
masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi pula oleh individu-individu yang
membangunnya.
11.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal sosial kognitif !
Jawab :
Kognitif diartikan sebagai kegiatan untuk memperoleh,
mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Dalam psikologi, kognitif adalah
referensi dari faktor-faktor yang mendasari sebuah prilaku. Kognitif juga
merupakan salah satu hal yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Pola pikir
dan perilaku manusia bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu
yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai
konstruksi sosial. Sedangkan kebudayaan (culture) dalam arti luas merupakan
kreativitas manusia (cipta, rasa dan karsa) dalam rangka mempertahankan
kelangsunganhidupnya. Manusia akan selalu melakukan kreativitas (dalam arti
luas) untuk memenuhi kebutuhannya (biologis, sosiolois, psikologis) yang
diseimbangkan dengan tantangan, ancaman, gangguan, hambatan (AGHT) dari lingkungan
alam dan sosialnya.
Ada berbagai hal yang berhubungan dengan keberadaan faktor kognisi
dalam pengaruhnya terhadap lintas budaya :
a.
Kecerdasan
Umum
Kecerdasan
umum merupakan tingakat IQ dalam suatu kebudayaan atau daerah secara umum.
Menurut Mc. Shane dan Berry kecerdasan umum mempunyai suatu tinjauan yang cukup
tajam terhadap terhadap tes kemampuan kognitif. Mereka menambahkan tentang
deprivasi individu (kemiskinan, gizi yang rendah, dan kesehatan), disorganisasi
budaya sebagai pendektan untuk melengkapi konsep G. jika disimpulkan beberapa
hal yang memepengaruhi kemempuan kognitif seseorang bukanlah budaya yang ada
pada lingkungan mereaka akan tetapi kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor
genetik, keadaan psikis, deprivasi individu dan disorganisasi budaya
b.
Genetic
epistemologi (faktor Keturunan)
Genetic
Epistemologi adalah salah satu teori dari jean Piaget yang isinya adalah
mengatakan bahwa adanya koherensi antara penampilankonitif saat berbagai
diberikan pada seseorang. Piagetian berkembang dari penelitian yang homogen
menjadi heterogen. Penelitian lintas budaya yang menggunakan paradigma
ekokultural membawa kesimpulan bahwa ekologi dan faktor budaya tidak
mempengaruhi hubungan antar tahap tapi mempengaruhi seberapa cepat dalam
mencapainya. Perkembangan kognitif berdasarkan data tidak akan sama disetiap
tempat dan kebudayaan tertentu.
c.
Cara
Berpikir
Dalam
pendekatan kecerdasan umum dan genetik epistemologi, cara berpikir seseorang
cenderung mengarah pada aspek “bagaimana” dari pada aspek “seberapa banyak”
(kemempuan) dalam kehidupan kognitifnya. Kemampuan kognitif dan model-model
kognitif merupakan salah satu cara bagi sebuah suku dan anggotanya membuat
kesepakatan yang efektif terhadap masalahyang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan ini mencari pola dari aktivitas kognitif berdasarkan
asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua kelompok, tetapi
pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan mengarah pada pola kemampuan yang
berbeda juga.
Seorang pengembang dimensi model kognitif FDI yang bernama Within
menyatakan bahwa kemampuan kognitif ini tergantung pada cara yang ditempuh
untuk membuktikan “pola” yang dipilih. Tetapi menjelaskan pola kuyrang begitu
luas cangkupannya daripada kecerdasan umum. Membangun FDI yang dimaksud adalah
memperbesar kepercayaan dari individu tersebut atau menerima lingkungan fisik
atau sosial yang diberikan, melakukan pekerjaan yang bertolak belakang seperti
menganalisis atau membangun.
d.
Contextualized
coqnition (Pengamatan kontekstual)
Secara garis besar Cole dan Scriber memberikan suatu metodologo
dan teori tetang kontek kognisi. Teori dan metodologi tersebut diujikan untuk
penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu kontek budaya
dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai Contextualized
cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat suatu studi empiris
dan tunjauan terhadap literatur.
Misalnya dalam budaya timur, asumsi stabilitas kepribadian
sangatlah sulit diterima. Budaya timur melihat bahwa kepribadian adalah
kontekstual (contextualization). Kepribadian bersifat lentur yang menyesuaikan
dengan budaya dimana individu berada. Kepribadian cenderung berubah,
menyesuaikan dengan konteks dan situasi.
12.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal individual dan kolektivitas !
Jawab :
a.
Individual
Diri individual adalah diri yang fokus pada atribut internal yang
sifatnya personal; kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian dan
pilihan-pilihan individual. Diri adalah terpisah dari orang lain dan
lingkungan. Budaya dengan diri individual mendesain dan mengadakan
seleksi sepanjang sejarahnya untuk mendorong kemandirian sertiap anggotanya.
Mereka didorong untuk membangun konsep akan diri yang terpisah dari orang lain,
termasuk dalam kerangka tujuan keberhasilan yang cenderung lebih mengarah pada
tujuan diri individu. Dalam kerangka budaya ini, nilai akan kesuksesan dan
perasaan akan harga diri megambil bentuk khas individualisme. Keberhasilan
individu adalah berkat kerja keras dari individu tersebut.
Budaya yang menekankan nilai diri kolektif sagat khas dengan cirri
perasaan akan keterkaitan antar manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya
sebagai mikro kosmos dengan lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos.
Tugas utama normative pada budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan
memelihara keterikatannya dengan individu lain
b.
Kolektif
Dalam konstruk diri kolektif ini, nilai keberhasilan dan harga
diri adalah apabila individu tersebut mampu memenuhi kebutuhan komunitas dan
menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas. Individu focus pada
status keterikatan mereka (interdependent), dan penghargaan serta tanggung
jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran adalah saling
terhubung antar personal. Dalam budaya diri kolektif ini, informasi mengenai
diri yang terpenring adalah aspek-aspek diri dalam hubungan.
Sumber :
http://ollaadzani.wordpress.com/2012/01/16/pengertian-psikologi-lintas-budaya-tugas-psikologi-lintas-budaya/
http://mhikkyu.blogspot.com/2011/10/psikologi-lintas-budaya.html
http://jebhy.blogspot.com/2008/11/psikologi-lintas-budaya.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/psikologi-lintas-budaya-2/
http://the-lost-word.blogspot.com/2012/01/psikologi-lintas-budaya.html
http://yuni-anggraeni.blogspot.com/2012/01/tugas-psikologi-lintas-budaya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
http://tiwipratiwi07.wordpress.com/2012/01/12/psikologi-lintas-budaya/
http://bachtararif.blogspot.com/2011_09_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar