Minggu, 08 April 2012

RASA BERSALAH DAN RASA MALU

Rasa Bersalah dan Rasa Malu
Saat ini saya akan memberikan suatu informasi tentang rasa bersalah dan malu. Kedua rasa itu merupakan emosi yang pernah kita rasakan. Oleh karena itu disini saya juga akan menjelaskan tentang teori emosi. Yuk kita simak :)

Teori Emosi
Secara umum, emosi dipandang sebagai penyesuaian secara sosial, berhubungan dengan individu, dan karenanya memiliki ciri-ciri ekspresif (Plutchik,1980). Tomkins (1987) mengidentifikasi sembilan afeksi dasar atau bawaan, yakni interest atau excitement, enjoyment atau joy, surprise atau startle sebagai afeksi positif. Sementara afeksi negatif berupa, distress atau anguish, fear atau terror, shame atau humiliation, contempt atau disgust serta anger atau rage. Dalam pandangan Tomkins, rasa bersalah (guilt) termasuk dalam rasa malu (shame). Rasa malu, meskipun termasuk bawaan, namun bukan emosi primer melainkan satu emosi yang timbul setelah afeksi interest atau joy muncul, perasaan ini terjadi karena pemenuhan yang tidak lengkap dari afeksi pendahulunya.

Sementara, dalam konsep Izard (1977), emosi menempati ruang yang lebih besar dalam konteks kepribadian (personality). Emosi dipandang sebagai salah satu dari enam subsistem yakni homeostaticdrive, emotion, perceptual, cognitive dan motor, yang berinteraksi membentuk kepribadian seseorang. Dalam perkembangannya, Izard menyatakan bahwa emosi terjadi sebagai bagian dari proses pendewasaan, dan kemunculan pada tiap orang tergantung pada pengalaman pembelajaran individu dalam proses sosialisasi.

Pada teori emosi lain, justru menekankan aspek sosial dari rasa bersalah, seperti Rivera (1984) yang menyatakan bahwa emosi berkembang sebagai hasil fungsi adaptasi dalam hubungan antar manusia. Dalam pandangannya, seluruh emosi terkait dengan penyesuaian hubungan ini, antara diri dan orang lain, di mana setiap emosi berguna untuk memaksimalkan nilai dari hubungan tersebut.

Rasa Bersalah dan Malu
Rasa bersalah dipahami sebagai kesadaran kognitif dan perasaan negatif yang berhubungan dengan suatu standar moral. Menurut Ausubel (1955), rasa bersalah adalah salah satu mekanisme paling penting bagi individu dalam melakukan sosialisasi di kulturnya. Sementara Buss (1980) menjelaskan perbedaan antara rasa bersalah dan malu terletak pada terma kesadaran diri (self-consciousness) publik dan sendiri (privat atau pribadi). Menurutnya, rasa bersalah adalah privasi, menguji rasa bersalah yang sesungguhnya, tidak seorang bisa tahu dengan pasti. Pada sisi lain, rasa bersalah merupakan kesadaran diri publik. Buss mengartikan rasa malu sebagai emosi sosial lanjutan dari shyness, embarressment dan kecemasan audiens.

Konsep Mosher (1961,1966,1968) yang berdasar pada teori pembelajaran sosial (social learning theory), mendefinisikan rasa bersalah sebagai ekspektasi general pada media hukuman diri terhadap pelanggaran (atau antisipasi pelanggaran) yang terinternalisasi dari standar moral perilaku.

Riset Empirik
Rasa bersalah telah diujikan sebagai konstruksi kompleks dikaitkan dengan afektif, kognitif, kepribadian, genetis, kultural, dan aspek dinamik. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa rasa bersalah merupakan pengalaman universal dan bawaan, walaupun standar khusus yang memicunya akan bervariasi tidak hanya antar budaya namun juga antar individu.

Rasa bersalah ternyata lebih terkait erat dengan distres yang diikuti dengan rasa takut dan sedikit terkait dengan rasa senang (joy) dan terkejut (surprise) (Izard,1977). Suatu tes khusus dari prediksi Buss menunjukkan bahwa rasa bersalah seharusnya lebih kuat hubungannya dengan kesadaran diri pribadi ketimbang terhadap publik, hal ini ternyata tidak mendapatkan bukti yang kuat (Jones & Kugler,1993)

Hubungan Interpersonal
Seperti telah dikemukakan di awal, diasumsikan bahwa rasa bersalah berkembang dalam konteks interpersonal dan penting dalam hubungan interpersonal. Dalam satu studi yang melibatkan pasien rawat inap dan rawat jalan psikiater (Carver,1990), karakter pada rasa bersalah ditemukan berlawanan dalam kaitannya dengan self-reported interpersonal dan relational variables seperti intimasi, kepercayaan, perspektif, kepuasan terhadap keluarga, dan pada ukuran serta suportivitas jaringan sosial, secara langsung juga berhubungan dengan kesepian (loneliness), penghianatan hubungan pasangan, juga kekacauan dimensi kepribadian terkait dengan masalah relasional (misalnya schizoid, atau kepribadian passive-aggression). Dalam riset yang menggunakan GI (Guilt Inventory; instrumen self report) , secara general hasil yang didapat menunjukkan indikasi bahwa rasa bersalah berkaitan dengan masalah interpersonal.

Rasa Bersalah dan Rasa Malu sebagai Kunci Bermasyarakat
Sejumlah kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan diatas, diantaranya bahwa pertama, rasa bersalah dapat dipastikan secara sosial dalam hubungannya dengan status hubungan seseorang. Kedua, rasa bersalah diartikan sebagai satu sumbangan terhadap standar moral yang nampaknya berguna untuk mencegah ekspresi imoral, seperti dinyatakan oleh Mosher (1979) dan lainnya.

Lebih lanjut, rasa bersalah berkaitan dengan pelanggaran moral secara luas, namun mungkin hanya pada saat perilaku-perilaku tersebut membahayakan status suatu hubungan seseorang.

Dalam konklusi Jones dkk, moral standar dan perilaku moral merupakan satu ikatan bersama. Lebih dari itu, rasa bersalah nampaknya dialami ketika hubungan personal terancam atau kacau, baik dipertanyakan atau tidak, perilaku tersebut melawan hukum atau tidak disetujui atau disukai masyarakat luas. Jelas bahwa rasa bersalah atau malu menjadi salah satu kunci dalam bermasyarakat.

Referensi:
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Albers, Robert H. 1995. Malu. Yogyakarta: Kanisius.
Wong, Dona L dkk. 2001. Wong's Essentials of Pediatric Nursing, 6th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ackermann, Robert John. 1997. Agama sebagai Kritik. Jakarta: Gunung Mulia.

1 komentar:

  1. Rasa bersalah muncul secara otomatis ketika perbuatan kita keluar dari standar kehidupan.
    Rasa malu kadang ditimbulakan oleh sikap orang lain/ cara orang lain memperlakukan diri ini.
    Salam masyarakat sehat....
    menang BERSAMA
    hidup adalah PERJUANGAN

    BalasHapus