Rasa Bersalah dan Rasa Malu
Saat ini saya akan
memberikan suatu informasi tentang rasa bersalah dan malu. Kedua rasa itu
merupakan emosi yang pernah kita rasakan. Oleh karena itu disini saya juga akan
menjelaskan tentang teori emosi. Yuk kita simak :)
Teori Emosi
Secara umum, emosi dipandang sebagai penyesuaian secara sosial, berhubungan
dengan individu, dan karenanya memiliki ciri-ciri ekspresif (Plutchik,1980).
Tomkins (1987) mengidentifikasi sembilan afeksi dasar atau bawaan, yakni interest atau excitement, enjoyment atau joy, surprise atau startle sebagai
afeksi positif. Sementara afeksi negatif berupa, distress atau anguish,
fear atau terror, shame atau humiliation, contempt atau disgust serta anger atau rage. Dalam
pandangan Tomkins, rasa bersalah (guilt) termasuk dalam rasa
malu (shame). Rasa malu, meskipun termasuk bawaan, namun bukan
emosi primer melainkan satu emosi yang timbul setelah afeksi interest atau joy muncul,
perasaan ini terjadi karena pemenuhan yang tidak lengkap dari afeksi
pendahulunya.
Sementara, dalam konsep Izard (1977), emosi menempati ruang yang lebih
besar dalam konteks kepribadian (personality). Emosi dipandang
sebagai salah satu dari enam subsistem yakni homeostatic, drive,
emotion, perceptual, cognitive dan motor, yang
berinteraksi membentuk kepribadian seseorang. Dalam perkembangannya, Izard
menyatakan bahwa emosi terjadi sebagai bagian dari proses pendewasaan, dan
kemunculan pada tiap orang tergantung pada pengalaman pembelajaran individu
dalam proses sosialisasi.
Pada teori emosi lain, justru menekankan aspek sosial dari rasa bersalah,
seperti Rivera (1984) yang menyatakan bahwa emosi berkembang sebagai hasil
fungsi adaptasi dalam hubungan antar manusia. Dalam pandangannya, seluruh emosi
terkait dengan penyesuaian hubungan ini, antara diri dan orang lain, di mana
setiap emosi berguna untuk memaksimalkan nilai dari hubungan tersebut.
Rasa Bersalah dan Malu
Rasa bersalah dipahami sebagai kesadaran kognitif dan perasaan negatif yang
berhubungan dengan suatu standar moral. Menurut Ausubel (1955), rasa bersalah
adalah salah satu mekanisme paling penting bagi individu dalam melakukan
sosialisasi di kulturnya. Sementara Buss (1980) menjelaskan perbedaan antara
rasa bersalah dan malu terletak pada terma kesadaran diri (self-consciousness) publik
dan sendiri (privat atau pribadi). Menurutnya, rasa bersalah adalah privasi, menguji rasa bersalah yang sesungguhnya, tidak
seorang bisa tahu dengan pasti. Pada sisi lain, rasa bersalah merupakan
kesadaran diri publik. Buss mengartikan rasa malu sebagai emosi sosial lanjutan
dari shyness, embarressment dan kecemasan audiens.
Konsep Mosher (1961,1966,1968) yang berdasar pada teori pembelajaran sosial (social
learning theory), mendefinisikan rasa bersalah sebagai ekspektasi general
pada media hukuman diri terhadap pelanggaran (atau antisipasi pelanggaran) yang
terinternalisasi dari standar moral perilaku.
Riset Empirik
Rasa bersalah telah diujikan sebagai konstruksi kompleks dikaitkan dengan
afektif, kognitif, kepribadian, genetis, kultural, dan aspek dinamik. Terdapat
bukti yang menunjukkan bahwa rasa bersalah merupakan pengalaman universal dan
bawaan, walaupun standar khusus yang memicunya akan bervariasi tidak hanya
antar budaya namun juga antar individu.
Rasa bersalah ternyata lebih terkait erat dengan distres yang diikuti
dengan rasa takut dan sedikit terkait dengan rasa senang (joy) dan
terkejut (surprise) (Izard,1977). Suatu tes khusus dari
prediksi Buss menunjukkan bahwa rasa bersalah seharusnya lebih kuat hubungannya
dengan kesadaran diri pribadi ketimbang terhadap publik, hal ini ternyata tidak
mendapatkan bukti yang kuat (Jones & Kugler,1993)
Hubungan Interpersonal
Seperti telah dikemukakan di awal, diasumsikan bahwa rasa bersalah
berkembang dalam konteks interpersonal dan penting dalam hubungan
interpersonal. Dalam satu studi yang melibatkan pasien rawat inap dan rawat
jalan psikiater (Carver,1990), karakter pada rasa bersalah ditemukan berlawanan
dalam kaitannya dengan self-reported interpersonal dan relational
variables seperti intimasi, kepercayaan, perspektif, kepuasan terhadap
keluarga, dan pada ukuran serta suportivitas jaringan sosial, secara langsung
juga berhubungan dengan kesepian (loneliness), penghianatan
hubungan pasangan, juga kekacauan dimensi kepribadian terkait dengan masalah
relasional (misalnya schizoid, atau kepribadian passive-aggression).
Dalam riset yang menggunakan GI (Guilt Inventory; instrumen self
report) , secara general hasil yang didapat menunjukkan indikasi bahwa
rasa bersalah berkaitan dengan masalah interpersonal.
Rasa Bersalah dan Rasa Malu sebagai Kunci Bermasyarakat
Sejumlah kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan diatas, diantaranya bahwa pertama, rasa bersalah dapat dipastikan secara sosial dalam
hubungannya dengan status hubungan seseorang. Kedua, rasa bersalah diartikan
sebagai satu sumbangan terhadap standar moral yang nampaknya berguna untuk
mencegah ekspresi imoral, seperti dinyatakan oleh Mosher (1979) dan lainnya.
Lebih lanjut, rasa bersalah berkaitan dengan pelanggaran moral secara luas,
namun mungkin hanya pada saat perilaku-perilaku tersebut membahayakan status
suatu hubungan seseorang.
Dalam konklusi Jones dkk, moral standar dan perilaku moral merupakan satu ikatan bersama. Lebih dari itu, rasa bersalah nampaknya dialami ketika hubungan personal terancam atau kacau, baik dipertanyakan atau tidak, perilaku tersebut melawan hukum atau tidak disetujui atau disukai masyarakat luas. Jelas bahwa rasa bersalah atau malu menjadi salah satu kunci dalam bermasyarakat.
Referensi:
Sunaryo. 2002. Psikologi
Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Albers, Robert H.
1995. Malu. Yogyakarta: Kanisius.
Wong, Dona L dkk. 2001. Wong's
Essentials of Pediatric Nursing, 6th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ackermann, Robert
John. 1997. Agama sebagai Kritik. Jakarta: Gunung Mulia.
Rasa bersalah muncul secara otomatis ketika perbuatan kita keluar dari standar kehidupan.
BalasHapusRasa malu kadang ditimbulakan oleh sikap orang lain/ cara orang lain memperlakukan diri ini.
Salam masyarakat sehat....
menang BERSAMA
hidup adalah PERJUANGAN