Sabtu, 21 April 2012

PENDAPAT ROGERS MENGENAI KEPRIBADIAN SEHAT


Pendapat Rogers Mengenai Kepribadian Sehat


1. Perkembangan kepribadian “self”
Rogers memusatkan perhatiannya pada penelaahan cara-cara individu memandang masa kecilnya. Secaranya penghargaan yang diterimanya positif, tanpa syarat, maka akan terjadi keserasian antara organism dan self. Secara psikologis individu akan dapat menyesuaikan diri, dan berfungsi penuh.


Pengalaman yang akan dipandang tidak disetujui (tidak berharga), akan dikeluarkan dari self concept. Si anak akan mencoba berbuat sebagaimana tuntutan lingkungannya, dan tidak akan berbuat bagaimana menurut dirinya.


Untuk melindungi integritas self concept, pengalaman yang tidak berharga tersebut diingkari, atau dibuat simbol yang menyimpang.

Mengingkari pengalaman itu berarti memalsukan realitas, baik dengan mengangap gambaran tersebutu tidak ada, atau dengan menyimpangkannya. Orang akan mengingkari rasa agresifitasnya karena tidak konsisten dengan gambaran diri sebagai manusia yang tenang, damai, dan ramah.


Rogers menganggap bahwa orang akan menjaga dan memelihara gambaran diri, sekalipun tidak sama dengan realita.


Pada tingkat fisiologis, Rogers tidak membedakan antara manusia yang sehat dan manusia yang tidak sehat. Tetapi apabila kita memikirkan segi-segi psikologis dari aktualisasi diri, maka jelas ada perbedaan.


Rogers berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan yang dibawa sejak lahir untuk menciptakan dan hasil dari ciptaan yang sangat penting adalah diri orang sendiri. Aktualisasi diri ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial dan bukan oleh kekuatan-kekuatan fisiologis.


Pemikiran Rogers sangat dipengaruhi oleh Angyal yang menekankan bahwa ciri khas kehidupan adalah bergerak kearah peningkatan kemandirian, pengaturan diri sendiri, dan otonomi serta bebas dari kontrol luar.


Dalam menekankan tendensi aktualisasi diri, Rogers menekankan beberapa ide:

  • Tendensi aktualisasi adalah kekuatan motivasi utama dari organisme manusia
  • Tendensi aktualisasi adalah fungsi dari seluruh organisme bukan hanya satu bagian dari organisme
  • Tendensi aktualisasi merupakan suatu konsepsi motovasi yang luas.
  • Hidup adalah suatu proses yang aktif dan bukan pasif.
  • Manusia memiliki kapasitas dan tendensi atau motivasi untuk mengaktualisasikan diri.



2. Peranan positive regard dalam kepribadian individu
Positive regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang-orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.


Penghargaan positif bersyarat” (conditional positive regard) Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditonal positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.


Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regard) pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang yang diberikan dengan bebas ini, dan sikap yang ditampilkannya bagi anak itu menjadi sekumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan, sama seperti halnya sikap-sikap ibu yang memperlihatkan conditional positive regard diinternalisasikan oleh anaknya.


3. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya
Rogers memusatkan perhatiannya pada cara-cara bagaimana penilaian orang-orang terhadap individu, khususnya selama masa kanak-kanak, cenderung memisahkan pengalaman-pengalaman organisme dan pengalaman-pengalaman diri.


Apabila penilaian-penilaian ini semata-mata bernada positif, yang oleh Rogers disebut unconditional positive regard atau penghargaan positif tanpa syarat, maka tidak akan terjadi pemisahan atau ketidaksesuaian antara organisme dan diri. Rogers berkata: “apabila individu hanya mengalami penghargaan positif tanpa syarat, maka tidak akan ada syarat-syarat penghargaan, harga diri akan menjadi tanpa syarat, kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan positif dan harga diri tidak akan berbeda dengan penilaian organismik dan individu akan terus berpenyesuaian baik secara psikologis dan akan berfungsi sepenuhnya”.


Tiga dalil Rogers tentang bagaimana keretakan antara diri dan organisme, serta antara aku dan orang-orang lain dapat disembuhkan, yaitu:

  • Dalam kondisi-kondisi tertentu, terutama pada saat ancaman terhadap struktur diri sama sekali tidak ada, pengalaman-pengalaman yang tidak konsisten dengan struktur diri itu mungkin diamati, dan diperiksa, dan struktur dirinya disesuaikan untuk mengasimilasikan dan memasukan pengalaman-pengalaman tersebut.
  • Apabila individu mempersepsikan dan menerima segala pengalaman sensorik dan viskeralnya ke dalam satu sistem yang konsisten dan terintegrasi, maka ia pasti lebih memahami orang-orang lain dan lebih menerima orang-orang lain sebagai individu-individu yang berbeda.
  • Apabila individu mempersepsikan dan menerima lebih banyak lagi pengalaman-pengalaman organiknya ke dalam struktur dirinya, maka ia akan  menemukan bahwa dirinya tengah mengganti sistem nilainya sekarang –yang sebagian besar didasarkan pada introyeksi-introyeksi yang dilambangkannya secara menyimpang- lewat proses penilain yang berlangsung secara terus-menerus.



Referensi:
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imtima.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Hall, Calvin S.; Gardner Lindzey. 1993. Psikologi Kepribadian 2 Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis).                                                                               Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar