Selasa, 20 Maret 2012

Konsep Kesehatan Mental

Konsep Sehat
Konsep sehat adalah konsep yang timbul dari diri kita sendiri secara sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi tubuh kita. Pemahaman konsep sehat ini juga bisa diartikan sebagai keseimbangan, keserasian, keharmonisan antara faktor pikir (akal), jiwa (mental/spiritual), dan raga (fisik, lahiriah).

Pada zaman keemasan Yunani, sehat merupakan keadaan standar yang harus dicapai dan dibanggakan.


Konsep sehat dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda, misalnya:
  • Konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu, ialah seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
  • Konsep sehat dipandang dari sudut ekologi, ialah sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus-menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.


Secara umum ada beberapa definisi dari konsep sehat yang dapat dijadikan sebagai acuan, yaitu :
  • Konsep sehat yang tercantum dalam pembukaan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi sebagai berikut : “Health is atage of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity. (Sehat adalah keadaan seimbang yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.)”
  • Konsep sehat menurut Parson. Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif.
  • Konsep sehat menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
  • Konsep sehat menurut Roy. Sehat adalah suatu kontinum dari meninggal sampai dengan tingkatan tertinggi sehat. Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik, mental, dan sosial.
  • Konsep sehat menurut Perkin (1938). Sehat merupakan suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha memmengaruhinya (Azwar, 1984)

Definisi Sehat terkini, yang dipakai dibeberapa negara maju seperti Kanada, mengutamakan konsep sehat-produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.

Dimensi Sehat
Sehat merupakan dambaan setiap manusia di dunia ini tanpa terkecuali. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai kondisi manusia yang tidak saja sehat secara fisik melainkan juga sehat secara psikologis dan sosial. Selain itu, juga sehat secara spiritual (rohani) atau agama, jadi terdapat empat dimensi sehat, yakni bio-psiko-sosio-spiritual.

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Penyakit mental sama usianya dengan manusia. Meskipun secara mental belum maju, nenek moyang homo sapiens mengalami gangguan-gangguan mental juga. Mereka dan keturunan mereka sangat takut akan predator. Mereka menderita berbagai kecelakaan dan demam yang merusak mental mereka, dan mereka juga merusak mental orang-orang lain dalam perkelahian-perkelahian. Sejak itu manusia dengan rasa putus asa selalu berusaha menjelaskan penyakit mental, mengatasinya, dan memulihkan kesehatan mental. Mula-mula penjelasannya sederhana, ia menghubungkan kekalutan-kekalutan mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain, atau roh-roh jahat.

Usaha-usaha awal untuk menangani masalah tersebut penuh dengan kesulitan, dan perkembangan ilmu kesehatan mental sendiri sangat lambat. Hal ini disebabkan oleh dua alasan, pertama, sifat dari masalah-masalah yang disebabkan oleh tingkah laku abnormal membuatnya menjadi hal tersendiri karena perasaan takut, malu, dan bersalah dalam keluarga-keluarga dan masyarakat dari para pasien. Oleh karena itu, penanganan terhadap orang-orang yang sakit mental diserahkan kepada negara atau lembaga agama yang menjadi pelindung baik tingkah laku kelompok maupun tingkah laku individu. Kedua, perkembangan semua ilmu pengetahuan begitu lambat dan sporadis, dan banyak kemajuan sangat penting yang telah dicapai mendapat perlawanan yang sangat keras. Meskipun pada masa-masa awal orang yang sakit mental dipahami secara salah atau sering diperlakukan dengan kurang baik, namun banyak orang normal atau sehat bukanlah orang-orang yang paling bahagia.

Perkembangan Kepribadian
a. Erikson
Erikson mendasarkan teori perkembangannya pada pengaruh sosial budaya di lingkungan individu. Menurut Erikson Perkembangan Kepribadian Berlangsung melalu tahap-tahap, yaitu: 
  • Basic trust vs basic mistrust (0-1  tahun)Bila rasa aman dipenuhi, maka anak akan mengembangkan dasar-dasar kepercayaan pada lingkungan. Sebaliknya, bila anak selalu terganggu, tidak pernah merasakan kasih sayang dan rasa aman, anak akan mengembangkan perasaan tidak percaya pada lingkungan. Ibu memainkan peranan penting. 
     
  • Autonomy vs shame and doubtPengakuan, pujian, perhatian serta dorongan akan menimbulkan perasaan percaya diri, memperkuat egonya. Bila sebaliknya yang terjadi, maka akan berkembang perasaan ragu-ragu. Kedua orang tua merupakan obyek sosial terdekat bagi anak. 
     
  • Initiative vs guilt (3-6 tahun)Jika anak memiliki rasa percaya diri, maka ia akan berani mengambil inisiatif, yaitu perasaan bebas untuk melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri. Sebaliknya, bila anak memiliki perasaan selalu bersalah, maka ia tidak berani melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri.  
     
  • Industry vs inferiority (6-11 tahun)Bila kemampuan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan dihargai, maka akan berkembang rasa bergairah untuk terus lebih produktif. Sedangkan bila sebaliknya yang dialami anak, maka timbul perasaan rendah diri. 
     
  • Identity vs role confusion (mulai 12 tahun)Anak dihadapkan pada harapan-harapan kelompok dan dorongan yang makin kuat untuk lebih mengenal dirinya. Bila ia berhasil melalui tahap-tahap sebelumnya, maka ia akan menemukan dirinya. Bila sebaliknya yang terjadi ia akan merasakan kekaburan peran.
     
  • Intimacy vs isolationIndividu sidah mulai mencari-cari pasangan hidup. Seseorang yang berhasil membagi kasih sayang dan perhatian dengan orang lain akan mendapatkan perasaan kemesraan dan keintiman. Sedangkan yang tidak dapat membagi kasih akan merasa terasing atau terkecil. 
     
  • Generatifivy vs self absorbtionPengalaman dimasa lalu dapat menyebabkan individu mampu berbuat banyak bagi kemanusiaan, khususnya bagi generasi yang akan datang. Tetapi bila dalam tahap-tahao yang silam ia memperoleh banyak pengalaman negatif, maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri. 
     
  • Ego integrity vs despairKepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakannya dimasa lalu akan menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap dan atau gagal, akan timbul kekecewaan yang mendalam.

b. Freud
Menurut freud fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis yang disebut libido. Libido merupakan energi pskis yang bersifat seksual dan sudah ada sejak bayi. Setiap tahap perkembangan ditandai dengan berfungsinya dorongan-dorongan tersebut pada daerah tubuh tertentu. Freud membagi perkembangan manusia menjadi 5 fase, yaitu: 
  • Fase oral (0-1 tahun)Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Obyek sosial terdekat adalah ibu, terutama pada saat menyusui. Bila anak tidak menyusu pada ibunya, ia memperoleh kepuasan oral dengan memasukan jari-jari tangannya ke mulut. 
     
  • Fase anal (1-3 tahun)Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak didaerah anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajar disiplin pada anak (termasuk toilet training). Pada masa ini anak sudah menjadi individu yang mampu bertanggung jawab atas beberapa kegiatan tertentu. 
     
  • Fase falik (3-5 tahun)Anak memindahkan pusat kepuasannya pada daerha kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki keterdekatan pada ibunya menimbulkan gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut oedipus kompleks. Tapi perasaan ini terhalang dengan adanya tokoh ayah. Kompleks ini kemudian diikuti oleh kecemasan kastrasi sehingga menimbulkan perilaku manurut dan meniru tindak-tanduk saingannya.  
     
  • Periode laten (5-12 tahun)Kecemasan dan ketakutan yang timbul pada masa-masa sebelumnya ditekan (repressed).  Fase ini disebut juga periode homoseksual alamiah. Anak mencari figur ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya. 
     
  • Fase genital (12 tahun keatas)Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.

Kepribadian Sehat
Ciri-ciri utama kepribadian sehat, yaitu :
  • Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia selalu dengan sengaja mencari kebaikan pada diri setiap orang atau setiap situasi.
  • Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan leluasa memaafkan orang lain. Tindakan memaafkan membebaskan diri kita dari beban yang berat yang tidak selayaknya dipikul kemana-mana.
  • Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan mudah rukun dengan banyak orang yang jenisnya berbeda-beda.


Referensi
Budiarto, Eko., Dewi, Anggraeni. 2001. Pengantar Epidemologi, E2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Asmadi, Eka A. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wratsongko, Madyo. 2010. Shalat Jadi Obat (Edisi Revisi). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sholeh, Moh. 2008. Bertobat Sambil Berobat. Jakarta: Hikmah.
Efendi, Ferry., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Zainul, Zen. 2007. Lafidzi 21. Jakarta: QultumMedia.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Riyanti, B.P Dwi., Hendro, Prabowo., Puspitawati, Ira. 1996. Psikologi Umum 1. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Setyono, Ariesandi. 2010. The Ultimate Success. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2 komentar:

  1. bagus penjelasannya mengenai kessehatan mental:)

    lanjutkan anak muda (y)

    BalasHapus
  2. ringkas, sehingga membaca lebih menyenangkan dan tidak jenuh .
    lebih mengerti tentang kesehatan mental ..

    nice ! :D

    BalasHapus